Sabtu, 18 Juni 2016
Browse » Home »
» My Story Project (Protected) chapter 1 part 1
My Story Project (Protected) chapter 1 part 1
Cantik, kesimpulan pertamaku saat satu lembar foto berukuran 8×10 inchi itu kuambil dari sebuah file pelengkap data pribadi si pemiliknya. Tapi alasan klise seperti cantik saja tidak cukup untuk menjadi sebuah icon papan atas sekelas Ritz Corporation miliku, anehnya kenapa dia menjadi sebuah pengecualianku, kenapa aku begitu betah melihat foto gadis yang bernaung di sebuah agensi milik sahabatku ini. Jika kau percaya pada kata seperti “takdir”, kurasa memang takdir yang pada akhirnya membuatku memilihnya menjadi icon tunggal untuk produk terbaru perusahaanku, ya itu pertama-tamanya saja, karena aku tidak tahu bahwa aku akan terlibat dalam skandal percintaan karena sosok “wanita” sepertinya- yang bahkan tak pernah kuperkirakan akan muncul dikehidupanku, dan betapa aku tidak tahu bahwa dia akan meracuniku sebegitu gila-gilaanya. Bahkan menjaganya adalah seperti tujuan utama paling penting dihidupku, aku bahkan tidak pernah berpikir bahwa aku akan sebegitu betahnya memandangi setiap pergerakan mata bulatnya, atau caranya berkedip, atau bahkan bibirnya yang bersemu kemerahan alami tanpa polesan apapun -yang membuatku berimajinasi berlebihan, atau bahkan rambut panjang ikalnya yang tergerai menyejukan membuatku selalu teringat musim semi, dan apa harus kuperjelas bagaimana jenis kulit putih mulusnya yang- membuat hampir semua mata yang melihat meneguk air liurnya sendiri, tapi permasalahanya bukan itu, masalahnya adalah aku begitu menggilai wanita ini, bahkan aku terlalu membutuhkannya, membutuhkannya seperti sebuah oksigen yang kuhirup untuku melanjutkan hidup. Denganya aku tak peduli dan tak menginginkan wanita manapun, bahkan wanita tercantik sekalipun yang melebihinya, karena hanya ada dia saja seorang yang memenuhi indra penglihatanku, karena hanya dia saja yang tak pernah sedetikpun untuk tidak merecoki pikiranku sampai tak ada tempat lain untuk siapapun tersisa. Karena bagaimana ya ? Yang kuinginkan hanya ada padanya saja, karena semuanya tidak akan seperti ini jika itu bukan dia…”Na~li”…begitu caraku memanggilnya.
Story Begin
September 2014,
Roads Entertainment.
Braaaaak !!! “Apa-apaan ini maksud tujuanmu?” Ucap seorang gadis yg tiba-tiba membanting sebuah file data peribadi miliknya. “Lilia kau mulai lagi”. Ucap denis datar bahkan tak merasa sedikitpun terusik dengan perlakuan tidak sopan aktrisnya yang sudah terlampau dianggapnya seperti adik. “Mejaku bukan tempat sampah kalau-kalau kau belum tahu.” Lanjutnya tak menoleh sedikitpun, dan tetap fokus pada apa yang sedang ia kerjakan. “Apa kau tuli? Aku bahkan pernah mengatakan bahwa aku tak mau terlibat kerjasama dalam bentuk apapun dengan Ritz Corporation. Sosok kaka macam apa kau ?” Delik liliana sebal seraya berkacak pinggang. “Ceo itu terlampau dingin, akan tidak nyaman bekerjasama denganya meskipun kau bilang dia sahabatmu, setidaknya begitu dia terkenal di pendengaranku.” Cerocosnya. “Tidak usah basa basi denganku lilia, katakan saja bahwa kau takut ikut terjerat bukan?” Senyum kemenangan tercetak pada wajah keturunan korea australi itu dengan bangganya, dia, denis kim tahu betul jika liliana memiliki ketertarikan fisik pada sahabatnya itu yang tak mau diakuinya mentah-mentah. “Tidak usah repot-repot menjawab, aku bahkan sudah mengantongi jawabanmu lilia.” Kekehnya mengejek tingkah mematung lilia denga wajah kesal yang sangat kentara terkesan mengasikan menjadi topik pemandanganya pagi ini. Lagipula akan sangat menguntungkan bagi lilia jika ikut andil dalam kerjasama ini -menurutnya, liliana berbakat dan namanya akan semakin naik pesat seiring peluncuran berita mengenai project kerjasama ini, siapa yg tak mengenal Ritz Corporation yang bahkan menaungi brand brand terkenal dalam bidang elektronik, perhotelan, restoran dan ah tidak perlu diperjelas satu-satu, hanya akan membuat orang waras pusing memikirkanya. Lagipula orang idiot macam apa yang mengembangkan bisnisnya secara berhambur-hambur seperti bisnis turun temurun yang dilakukan keluarga Marcus Wregritz. “Sial ! Kau benar-benar menyebalkan” teriak lilia berlalu pergi dari ruangan itu tanpa lupa untuk membanting pintu sipemilik ruanganya tanpa malu. “Yak ! Kau mau merusak pintuku huh.?”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
buat kawan yang sudah berkomentar saya ucapkan terimakasih banyak ^_^
kesenangan kawan kesenangan saya juga ^_^