Flash back.
“Senang bekerjasama denganmu Marcus.”
“Ya, kuharap semuanya berjalan dengan sukses, -denis.”
Dan hanya seorang wanita saja disitu, yang mematung tak berucap, 
seolah kehadirannya dari awal hanya untuk sebuah pajangan atau benda 
mahal yang hanya dipamerkan saja.
“Dan akan sangat merepotkan bekerjasama denganku, -Na~li.” Tatap 
marcus seraya menyodorkan tangannya pada gadis itu. Deg ! Apa dia 
mempunyai tabiat aneh seperti memanggil nama orang yang baru dikenalnya 
sesuka hati. “Bukan masalah besar, kau kan tahu aku bukan amatiran.” 
Akunya menepis kegugupanya rapat-rapat, seraya membalas acara jabat 
tangan itu.
“Lilia, ada apa dengan wajahmu itu, kenapa kau terlihat pucat 
begitu?” Selidik denis setelah baru saja mereka beranjak keluar dari 
ruangan sipemilik perusahaan ini. “Huhhh” sandar lilia di sudut dinding,
 seraya mengipas-ngipaskan tangan kedepan wajahnya seolah dia adalah 
orang yang tengah kepanasan, “nyaris saja” ucapnya singkat, seolah dia 
sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Apanya yang nyaris.?” Selidik 
denis. “Tadi itu, -nyaris sekali.” Ucapnya berlalu meninggalkan denis 
yang masih mencerna ucapan gadis itu ditempatnya.
Flash back end.
“Hahahahahaha.” Gelak tawa denis menggema di dalam ruangan yang 
bertuliskan make up room itu saat mengingat kejadian tempo hari. 
“Kusarankan kau tutup mulutmu itu rapat-rapat denis, tawamu benar-benar 
merusak gendang telingaku.” Delik liliana tak terima.
Cahaya lampu, kilatan blitz camera, dan semua crew tengah terfokus 
pada seorang gadis yang berdiri di pusat ruangan itu, ya gadis itu, 
gadis yang menjadi tatapan utama di ruangan ini, kenapa ada rasa tidak 
terima karena betapa semua orang yang melihatnya berekspresi sangat 
memuakan, rasa-rasanya aku mulai tak suka dengan cara semua mata itu 
menatap gadis itu. “sial” umpatnya memalingkan wajahnya sebal. “Apa ada 
yang salah.?” Ucap denis yang entah sejak kapan berdiri disampingnya. 
“Denis, -berapa lama dia bernaung dibawah kekuasaanmu.?” Dengan intonasi
 datarnya tanpa memperjelas kata “dia” seolah dengan caranya menatap 
gadis itu saat ini, siapapun akan mengerti kemana arah pembicaraanya. 
“Maksudmu lilia ?” Denis memastikan, “dia bahkan sudah berada di 
management ku semenjak bangku menengah atas, -dan kalau-kalau kau tak 
memerhatikan dia bahkan mengakuiku sebagai kakaknya pada saat meeting 
kemarin bukan.?” Akunya bangga. “Hubungan kita bahkan sudah seperti 
kakak dan adik sungguhan.” Cengirnya lebar-lebar. Dan marcus, detik itu 
dia melemparkan tatapan tak sukanya pada semua penjelasan panjang denis.
 “Kelakuanmu benar-benar tak tertolong.” Ucapnya berlalu menghampiri 
seluruh crew untuk gilirannya masuk kedalam pemotretan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
buat kawan yang sudah berkomentar saya ucapkan terimakasih banyak ^_^
kesenangan kawan kesenangan saya juga ^_^