“Keberuntungan bukan karena tanpa sengaja tetapi lebih karena efek dari proses yang baik”

Sabtu, 18 Juni 2016

My Story Project (Protected) chapter 1 part 2

Ritz Corporation
Marcus Wregritz’s Room
“Namanya liliana tuan, semua informasi yang anda butuhkan ada di dalam file ini, nona liliana adalah kandidat tertinggi yang diajukan langsung oleh Tuan Denis Kim sendiri.” Jelas asistenku seraya menyerahkan file berisikan semua data gadis yang dia sebutkan tadi ketanganku. Cantik, kesimpulan pertamaku saat satu lembar foto berukuran 8×10 inchi itu kuambil dari sebuah file pelengkap data pribadi sipemiliknya. Kupandangi denga teliti dari ujung kaki hingga puncak kepala yang sipemiliknya bernama siapa tadi ah -liliana, sebuah nama yang entah kenapa begitu pas terucap dimulutku, …Na~li, Na~li….bagus, kurasa aku tahu dengan jelas harus bagaimana memanggil gadis ini, menarik- dia bahkan bisa mencuri perhatianku di kesan pertama dengan bermodalkan sebuah foto berukuran 8×10 inchi, kecutku. “Hubungi Denis Kim segera, untuk meeting kontrak kerjasama ini.” Titahku datar, “dan kau boleh keluar”.

1 week later.
Ritz Corporation.
Marcus Wregritz’s Room.

Hening, entah apa saja yg dibicarakan denis kim aku tak bisa berkonsentrasi sama sekali sejak setengah jam yang lalu mereka menginjakan kakinya diruanganku, aku terlalu sibuk memerhatikan tekstur wajah gadis yang berada dihadapanku saat ini, sial marcus, dia bahkan secara terang terangan tak mengalihkan pandanganya darimu sejak tadi, lelaki normal mana yang bisa lolos dari ketertarikan terhadap fisiknya, tapi belum marcus, sekarang kau hanya berada dalam tahap mengagumi fisiknya saja bukan, dan apa-apaan ini aku sedikitpun tidak menyukai sertuman listrik yang mengalir padaku akibat dari perbuatan yang dia timbulkan saat ini yang dengan lancangnya menyentuh tanganku dengan ujung telunjuknya seolah aku sedang mengalami kehilangan kesadaran. “Hati-hati dengan tanganmu.” Ucapku datar seolah tidak terjadi apa-apa, “my brother said how about these?” Akunya mengangkat surat perjanjian kerjasama itu tinggi-tinggi. Sial ! Aku bahkan tak mendengarkan perkataan denis kim sejak tadi, dan mereka seolah berkomplot memandangiku seolah menunggu jawaban yang bahkan aku tak tau kemana arah pembicaraan ini berlangsung. “Ok” ucapku akhirnya mencoba peruntunganku sendiri kalau-kalau jawabanku itu meleset dan mempermalukanku. “Ok, senang bekerjasama dengamu Marcus” uluran tangan denis kim seolah menyadarkanku dari kesenangan jawaban peruntungaku sendiri, apa katanya tadi, be-ker-ja-sa-ma, ejaku dalam hati meyakinkan kalimat yang kudengar itu, gila, sepertinya aku sudah gila, apalagi yang akan bisa terjadi padaku jika harus terus menerus bertemu dengan gadis itu, maksud tujuanku hari ini bahkan belum sampai tahap memutuskan bekerjasama denganya, dan bertemu dengannya terdengar seperti sebuah masalah besar untuku, betapa dia tidak tahu dengan kekacauan apa yang dia timbulkan padaku akibat ulahnya, jika sudah seperti ini aku harus bagaimana?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

buat kawan yang sudah berkomentar saya ucapkan terimakasih banyak ^_^
kesenangan kawan kesenangan saya juga ^_^